RSS

Masihkah Salam Satu Jiwa ?

Filed Under: Labels:
(Dikutip dari Artikel Ongisnade yang ditulis oleh Reporternya Muhammad Irfan Anshori)

Salam Satu Jiwa!!!
Itulah pekikan identik yang membedakan warga Malang Raya khususnya Aremania dengan suporter-suporter yang lain. Dengan kondisi saat ini, masihkah pekikan itu akan diucapkan.

Kalimat Salam satu Jiwa seolah sudah menjadi trademark yang tidak bisa dipisahkan dari Arema dan Aremania. Kalimat ini juga mejadi kalimat pemersatu antara satu Aremania dengan Aremania yang lain. Saya jadi teringat sebuah cerita tentang khasiat kalimat ini. Salah satu wilayah di Jakarta kebetulan dikuasai oleh orang-orang Malang, dan jika kemudian anda entah itu asli Malang atau bukan, ucapkan saja Salam Satu Jiwa, maka jika anda memiliki masalah disana dalam sekejap akan selesai.

Sungguh-sungguh berkhasiat memang, tapi kekhasiatan itu atau bahkan esensinya saat ini mulai dipertanyakan dengan kondisi klub yang kemudian terpecah. Arema sekarang sudah bukan identik lagi dengan lima huruf, namun sudah menjadi beberapa huruf, ada yang menyebut Arema Sultan Agung (karena berkantor di Jalan Sultan Agung) dan satunya ada yang menyebut Arema Tidar (karena berkantor di Jalan Tidar). Kalau sudah begini, apakah kemudian kita harus mengucapkan kalimat Salam Dua Jiwa!!!…Yang jelas selain kalimat itu tidak enak didengar, kita juga bisa ditertawakan oleh suporter-suporter lainnya.

Memang ini bukan salah Aremania, karena keegoisan masing-masing kubu membuat kondisi sekarang terjadi. Tapi ayo nawak, mumpung kalimat pekikan itu masih ada dan harus terus ada, jangan sampai kita terpengaruh dengan kondisi klub yang saat ini terjadi. Yang saya juga ingat Salam Satu Jiwa ini juga telah mempersatukan warga Malang yang dulu sempat terblok-blok dengan wilayah masing-masing. Pastinya kita semua tidak menginginkan kalau blok-blok itu terjadi lagi. Usaha Aremania ataupun Aremanita sudah cukup maksimal untuk mempersatukan kedua kubu, namun karena masing-masing kubu punya kepentingan, akhirnya tidak pernah ada titik temu.

Sekarang sudah bukan waktunya lagi kita menyalahkan M Nur ataupun bahkan membenarkan Rendra, karena bagaimanapun kedua orang itu sudah mempunyai jasa masing-masing. Ingat, seberat apapun konflik yang didapat Arema selama ini, namun akhirnya akan terselesaikan. Tapi jangan sampai kalimat Salam Satu Jiwa terpecah, karena untuk mempersatukannya juga susah. Satu kalimat bijak untuk menutup artikel ini, semoga bisa kita renungkan bersama. “Orang bodoh membangun tembok pemisah dalam hatinya, orang bijaksana merobohkan tembok pemisah tersebut dan hidup berdampingan secara damai dengan orang lain.”.



0 Responses to "Masihkah Salam Satu Jiwa ?"

Post a Comment