RSS

Berbagi waktu dengan Alam

Filed Under: Labels:
Gak ada bosennya emang kalau kita ke tempat favorit kita. Begitu juga saya, apalagi jika tempat favorit itu pemandangan alam. Alam selalu memberikan energi positif yang dapat menghilangkan semua pikiran-pikiran negatif (bagi saya, hehe *lebay*). Tapi kenyataannya memang begitu.

Ceritanya, kemarin hari jumat-sabtu Bromoisme lagi..hehe. Harap maklum lagi bosen, gak mood, galau (kalau kata ABG..wkwk). Gak tau kenapa pas liburan malah mood lebih sering naik turun, mungkin gara-gara kebanyakan pikiran-pikiran gak jelas, jadi harus menyendiri supaya pikiran tenang..Hehe. Biasanya sih kalau gak mood saya ke Gunung Banyak di daerah Batu (karena lebih dekat) yang biasa dibuat olahraga paralayang. Tapi tiba-tiba kepikiran ke bromo, jadi ya ma gak mau nurutin suara hati. Udah hampir setahun-an gak ke bromo, ternyata banyak perubahan disini. Gak semenarik dulu mungkin gara-gara erupsi beberapa waktu lalu.


Saya berangkat dari Malang ke Surabaya habis jumatan (buat ambil jaket, mindahin foto2 ke komputer, sekalian nyambangi kost) baru ke Bromonya berangkat dari kost jam 10an malam, mampir2 dulu beli makan di Bebek Jemursari-nyantai2 di urgent pom bensin Sidoarjo. Waktu itu pengennya langsung Penanjakan lewat Pasuruan / Nongkojajar tapi gak tau motor kok ngebawa lewat Tongas, Probolinggo (lebih jauh perjalanan lebih berasa, hehe), baru nyampe di kawasan Bromonya jam 3an pagi. Seperti biasa, dingin banget !

Nyampe di sana, istirahat2 bentar sampe jam 4an pengen langsung ke penanjakan tapi ternyata dapat info dari orang sana kalo penanjakan sekarang ada dua..lha? iya, yang penanjakan lama itu Penanjakan 1 tapi sekarang ga bisa dilewati motor sama mobil jeep dan sejenisnya (kalau dari Tongas) soalnya jalannya longsor akibat erupsi. Penanjakan 2 itu tempat baru buat nonton sunrise walaupun view-nya gak sebagus Penanjakan 1 (katanya tempatnya lebih rendah,jadi ketutup sama bukit). Jadinya saya ke Puncak Petigen (masih areal bromo juga sih dan akses jalannya lumayan bikin tangan pegel+kaki kram nahan motor yang bolak-balik mau jatuh) gpp lah demi sunrise ! soalnya rugi kalau ke bromo gak liat sunrise, mending ke Panderman atau ke Gunung Banyak aja.. :p

Di Puncak Petigen saya bisa melihat panorama yang indah melihat ke arah timur bisa melihat sunrise ditambah bukit2+rumah penduduk kota Probolinggo (berasa di Panderman / G. Banyak cuman sensasinya lain). Sedangkan kalau balik badan, kawah bromo + Gunung Batok nya tepat tersaji di depan mata. Subhanallah !

Ini beberapa oleh-oleh (fotonya aja, haha :D) dari perjalanan yang melelahkan.

panorama Puncak Petigen saat masih subuh


panorama G. Semeru dari Puncak Petigen


panorama Kawah Bromo dan G. Batok dari Puncak Petigen


saat menjelang sunrise di Puncak Petigen juga ada kuda yang disewakan oleh penduduk lokal


G. Batok yang warnanya gak hijau lagi (tertutup debu erupsi)



Kawah Bromo tetap menarik perhatian


pasukan berkuda masih exist


anak tangga pun penuh debu


numpang nongol..hihi

Alhamdulillah walaupun capek, sempat ga tidur sampek 36 jam tapi pikiran lumayan lebih tenang sekarang..Puaslah, Next SEMERU !!
[.Read More.]

Come on.. Move on..

Filed Under: Labels:
Memang benar kalau pelajaran bisa datang dari siapapun,dimanapun, dan bagaimanapun caranya. Pelajaran yang saya dapat minggu ini asalnya dari buku “The Secret”. Buku yang mengungkap banyak rahasia kehidupan. Alhamdulillah saya diberi kesempatan mengetahui keajaiban buku ini. Dari buku ini saya dapat mengetahui perbedaan pola pikir saya, dengan pola pikir yang seharusnya saya terapkan.


The Secret by : Rhonda Byrne


Dari buku ini saya belajar bahwa kehidupan yang kita peroleh merupakan bentukan dari pikiran sendiri. Simplenya, jika berpikiran negative maka hasil yang akan kita dapat akan negative. Berlaku juga sebaliknya. Sangat mudah dipahami, tapi mungkin kamu tidak akan percaya begitu saja betapa simple-nya hidup. Saya yang awalnya tidak pernah percaya adanya ilmu tersebut, mulai membuka mata dan mencoba saya refleksikan ke kehidupan saya selama ini. saya mencoba membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi pada saya beberapa waktu lalu dalam banyak hal, tentang aktivitas, kuliah, keluarga, seseorang, semuanya. Ajaibnya, hampir semua benar ! akhir-akhir ini mungkin saya terlalu banyak memelihara perasaan-perasaan negative yang dampaknya pada kehidupan saya sendiri. Inilah yang harus dirubah !

***Terimakasih Galih yang sudah menyarankan membaca buku ini. Terimakasih juga Ayah sudah meminjamkan bukunya kepada saya… Semoga ini benar-benar membawa perubahan..

Bagi kalian yang belum tahu, tapi pengen tahu..
Bagi kalian yang belum baca, tapi gak punya bukunya..
Jangan hanya melihat cover tapi gak membaca, jangan pernah berkomentar latar belakang penulis sebelum tahu isi bukunya..
Downloand disini..

DOWNLOAD !

Mari kita sama-sama berubah..

Tidak ada kata terlambat untuk berubah.
Selama kita ada niat, insya Allah perubahan bisa terjadi. :)

Come on Lets move on...
Lets Go !


[.Read More.]

Antara Gajayana dan Kanjuruhan…(part 2)

Filed Under: Labels:
Setelah dipostingan sebelumnya mengupas tentang Stadion Gajayana, kini mungkin giliran Stadion Kanjuruhan yang sampai Sekarang menjadi home base tim Arema di kompetisi ISL (Indonesia Super League).

Stadion Kanjuruhan


Stadion Kanjuruhan tampak depan


Stadion ini mulai dibangun pada tahun 2003 lalu. Pembangunannya kabarnya mencapai lebih dari 35 Miliar rupiah pada waktu itu dan sebagian diambil dari APBD Kab Malang. Stadion ini dirancang mampu menampung 50.000 penonton(belum termasuk sentleban).
Setelah proses pembangunannya yang menelan beberapa bulan, akhirnya stadion ini diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri(Presiden RI ketika itu). Acara pembukaan tersebut menampilkan pertandingan persahabatan antara Arema Malang yang dilatih Benny Dollo ketika itu melawan PSS Sleman yang dilatih oleh Daniel Rukito.

Arema Malang ketika itu masih berkutat di Divisi I Liga Pertamina 2004, sedangkan PSS Sleman mampu menjejakkan diri di papan atas Liga Bank Mandiri 2004. Pertandingan ini akhirnya dimenangkan oleh Arema Malang dengan skor 1-0.
Uniknya pertandingan yang dihadiri oleh sekitar 80.000 penonton ini(data Harian Pagi Surya dan Malang Post ketika itu) cuma dilaksanakan dalam waktu 1x60 menit dikarenakan Stadion Kanjuruhan ketika itu belum memiliki lampu yang dapat menerangi lapangan di malam hari. Pertandingan dimulai pada pkl 16.00 dan berakhir sekitar pkl 17.00wib.

(Sumber tulisan : Memoar Anak Negeri )

Sedikit memang sejarah dari Stadion Kanjuruhan ini, mungkin karena umurnya yang masih muda jika dibandingkan dengan Stadion Gajayana. Tapi, Prestasi tim Arema sejalan dengan pengembangan stadion ini. Dari awalnya ’hanya’ stadion biasa yang tanpa lampu hingga sekarang memiliki penerangan yang standard internasional. Dari sistem drainase yang ’kelas bawah’ (ingat pulang dari stadion tapi gak nonton sepakbola gara-gara lapangan banjir pas hujan deras banget waktu Arema vs Persib tahun 2005), hingga sekarang drainase ’kelas wahid’ ! terbaik di indonesia malah kalau menurut saya. Kalau kamu liat Arema vs Persija musim 2010/2011 pasti tahu alasannya kenapa saya bilang ’kelas wahid’. Dari papan skor yang masih memakai kayu, hingga sekarang yang memakai jam digital (semoga awet gak kayak Gajayana).


(foto: aremania north goal)



(foto: sam Hari Lazuardi - ArSen)



Memang untuk rumput lapangan, di Indonesia masih bisa dibilang kurang perhatian dalam masalah perawatan sehingga jangan harap melihat bola meluncur dengan lancar di lapangan indonesia. Tapi Stadion Kanjuruhan mulai berbenah dalam melakukan perawatan demi kualitasnya bisa dilihat saat beberapa pertandingan Arema akhir musim 2010/2011(atau bisa liat gambar aja deh.)






(foto: sam Hari Lazuardi - ArSen)


Stadion ini juga memiliki banyak cerita layaknya Stadion Gajayana (bagi Aremania tentunya). Walaupun posisinya di Kepanjen, Kab. Malang yang jauh kalau menurut saya, tapi Aremania tidak pernah absen setiap ada pertandingan Arema (kecuali kena sanksi tampil tanpa penonton,hehe). Bagi saya sendiri yang juga Aremania, suka duka pernah tertuang lengkap dalam stadion ini. Mulai dari kehilangan teman SMP Fajar Widya yang meninggal saat Arema vs Persija (lupa tanggalnya) hingga euforia ketika Arema berhasil meraih trofi ISL untuk pertama kali musim 2009/2010 kemarin. Puas ! soalnya saat itu musim saya aktif nonton Arema (gara-gara jadwal kuliah yang mendukung,hehe jadi semangat PP Surabaya-Malang), hanya absen 2 pertandingan home saat Arema vs PSPS sama Arema Vs Persiwa.

Gajayana – Kanjuruhan sama saja !
Engkau ada Karena AREMA !




-end-
[.Read More.]

Antara Gajayana dan Kanjuruhan…(part 1)

Filed Under: Labels:
Bicara tentang Arema, tentu pembaca tidak asing dengan kedua nama tersebut. Kedua nama tersebut merupakan salah dua dari Stadion yang berada di wilayah Malang Raya. Dari sekian banyak stadion yang berada di Malang Raya, mungkin hanya dua stadion tersebut yang mudah diingat oleh warga malang umumnya dan Aremania khususnya. Alasannya? Mungkin karena kedua stadion tersebutlah yang menemani perjalanan tim Arema dari lahir hingga sekarang. Saya tidak tahu banyak mengenai sejarah kedua stadion tersebut, setelah googling sana sini saya menemukan beberapa artikel yang mungkin bisa menambah pengetahuan pembaca tentang kedua stadion ini. Kita mulai dari stadion yang menemani Arema lebih dulu, Stadion Gajayana.

Stadion Gajayana
Hampir semua penggemar sepakbola di Indonesia mengetahui jika Stadion Gajayana Malang sekarang ini adalah home-base Persema Malang di Liga Primer Indonesia(LPI). Bahkan ada yang menganggap stadion Gajayana ini milik Persema Malang.

Anggapan Stadion Gajayana milik Persema adalah tidak benar. Stadion Gajayana dibangun dengan dana puluhan ribu gulden pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pembangunan Stadion Gajayana ini dirangkai dengan pembangunan dua lapangan luar Stadion dan satu buah kolam renang berstandar nasional yang dikenal dengan nama Swembat.
Awalnya stadion Gajayana hanya berkapasitas sekitar 5000 penonton (kurang dari separuhnya berada di tribun yang kita kenal sebagai tribun VIP sekarang ini). Stadion Gajayana baru merasakan pemugaran hebat di tahun 1990-1992 seiring dengan penambahan kapasitas stadion menjadi 17.000 penonton.

Pemugaran Stadion ini didanai oleh PT. Putra Arema yang dikomandoi Ir Lucky Acub Zaenal atau yang akrab disapa sebagai Sam Ikul. Dana pemugaran stadion totalnya mencapai 3 Miliar rupiah dan hampir seluruhnya berasal dari kantong pribadi Sam Ikul. Sam Ikul melego salah satu rumahnya di Jl. Besar Ijen seharga 2 Miliar rupiah sebagai salah satu sumber pendanaan dari PT Putra Arema. Tak cukup dengan itu, kabarnya Sam Ikul melego beberapa mobil pribadinya untuk membantu pemugaran stadion.



Pemugaran dimulai seiring berakhirnya Galatama 1989/1990. Ratusan pekerja (kabarnya mencapai lebih dari 200 orang) dikerahkan setiap harinya agar proyek bisa diselesaikan tepat waktu. Semakin lama proyek diselesaikan akan mengakibatkan pembengkakan dana yang tidak perlu. Apalagi dana 3 Miliar rupiah ketika itu sudah lebih dari cukup untuk mendanai Arema selama 3-4 musim kompetisi.

Agar selesai tepat waktu pemugaran stadion ini mendapat dukungan dari banyak pihak baik moril maupun materiil. Nirwan D. Bakrie yang pernah membangun Stadion Sanggraha Pelita Jaya di Lebak Bulus juga memberikan bantuan bagi PT Putra Arema. tak tanggung-tanggung lewat Bakrie & Brothers bantuan diberikan juga dalam bentuk tenaga teknis. Semata-mata untuk memberikan bantuan teknis kepada Sam Ikul yang kurang memiliki pengalaman dalam menangani proyek besar dan sebagai kontraktor khususnya.

Seakan menjawab do'a dan harapan dari Sam Ikul akhirnya stadion yang pernah memiliki salah satu kualitas rumput terbaik se-Indonesia di jaman Hindia Belanda ini selesai lebih cepat dari waktu yang ditargetkan. Bayangan buruk bahwa Arema bakal lebih lama memakai Stadion Brantas Batu bisa dilenyapkan. Dengan adanya stadion yang baru dipugar dan kapasitas yang lebih besar memungkinkan Arema memiliki pendapatan lebih dari sektor tiket penonton.

Di era Galatama selain sponsor dan donatur, pendapatan Arema dari tiket penonton sangat diandalkan. Selepas Arema memakai Stadion Gajayana yang baru dipugar harga tiket ketika itu sebesar 2000 rupiah untuk ekonomi dan 3500 rupiah untuk VIP. Dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 150 ribu orang untuk satu musim Galatama di tahun 1992/1993, Arema bisa memperoleh pendapatan kotor lebih dari 300 juta rupiah dalam satu musim kompetisi.

Angka tersebut cukup besar untuk memberi nafas sejenak kepada Arema selama mengarungi kompetisi Galatama sekalipun tidak cukup untuk 'mbandani' pengeluaran klub selama semusimnya.

Lewat proyek pemugaran stadion Gajayana ini Arema mendapat kompensasi berupa pengelolaan stadion selama 20 tahun (Sumber : Arema Never Die karangan Abdul Muntholib). Katakanlah kerjasama itu dimulai dari tahun 1990 maka semestinya Arema masih bebas memakai stadion tersebut hingga tahun 2010.

Namun tidak sampai akhir kerjasama tersebut Arema terpaksa hengkang untuk menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai homebasenya. Semestinya jika memang kerjasama awalnya menyatakan demikian Arema bisa meraup pendapatan signifikan dari Stadion Gajayana. Apalagi di tahun 2009 pendapatan APBD Malang dari Stadion Gajayana mencapai ratusan juta rupiah dan dapat ditingkatkan menjadi 1-2 Miliar rupiah jika Arema dapat mengelolanya secara penuh.

Meski Arema sampai dengan saat ini masih memakai Stadion Gajayana untuk latihan dan ujicoba, terakhir kali Arema merasakan berkompetisi di Stadion ini adalah di tahun 2007 ketika melakoni Liga Champions Asia dan Copa Indonesia. Untuk level sekelas Liga Indonesia, Arema terakhir memakainya di awal tahun 2006 melawan PSMS Medan sebagai tuan rumah.

Banyak memori indah yang diukir Arema di stadion ini. Arema meraih juara Galatama di tahun 1992/1993 ketika memakai Stadion Gajayana sebagai homebasenya. Itu adalah trophy pertama Arema yang diraih pada kejuaraan resmi. Trophy berikutnya hadir ketika turut serta menjadikan Stadion Gajayana sebagai homebase Arema di Copa Indonesia 2005 dan 2006.

Di era kepemimpinan H. Soesamto sebagai walikota Malang, Stadion Gajayana Malang juga mendapat 'sentuhan' pemugaran dengan penambahan lampu stadion di tahun 1996-1997. Proyek ini memakan biaya 2 Miliar rupiah dan baru selesai ketika Persema menjamu Persipura di tahun 1997. Tiang dan lampu ini sampai sekarang masih digunakan di Stadion Gajayana.



Selepas berakhirnya walikota H. Soesamto di tahun 1998 nyaris tidak ada proyek lagi berkaitan dengan Stadion Gajayana. Di era kepemimpinan walikota Suyitno, Arema dan Aremania beberapa kali melayangkan permintaan untuk pemugaran Stadion untuk penambahan kapasitas penonton. Kapasitas tempat duduk yang sebesar 17 ribu tersebut tidak cukup menampung massa dan seringkali penonton meluber hingga sentelban. Di sepanjang kompetisi kondisi ini jamak terjadi ketika Arema bertanding. Untungnya PSSI tidak memberikan sanksi ketika itu karena tiadanya peraturan yang mengatur tentang luberan penonton didalam pertandingan.

Asa sempat menyeruak tatkala walikota berikutnya, Drs. Peni Suparto memberikan janji untuk memperbesar kapasitas stadion dimana kondisi tribun ekonomi yang semula 10 trap menjadi 14 trap. Perbesaran kapasitas ini memungkinkan Stadion memiliki daya tampung hingga lebih dari 22 ribu penonton.

Sayangnya janji tersebut hanyalah janji, tidak dapat direalisasi dengan alasan sama dengan yang sebelumnya, keterbatasan dana. Sampai adanya Mall Olympic Garden (MOG) yang pembangunannya sepaket dengan pemugaran stadion Gajayana dan penambahan kapasitas tribun hingga diatas 30 ribu penonton.





Agaknya peran swasta tidak dapat dilepaskan dari pembangunan Stadion Gajayana. Tanpa peran Sam Ikul dan lainnya Stadion ini tidaklah semenarik seperti yang sekarang kita saksikan. Ditunggu kiprah dan sumbangsih Persema dan Ngalamania nantinya untuk melestarikan Stadion Gajayana ini. (Muaddib)
(Sumber Tulisan : wearemania.net)

Banyak memori dari stadion ini (khususnya bagi saya, seorang Aremania) mungkin dari stadion inilah awal saya menjadi Aremania. Cerita mulai saya kecil yang sering diajak ayah nonton Arema / Persema, menjadi anak gawang pertandingan Arema / Persema saat masih ikut Sekolah Sepak Bola, main disini final Piala Jawa Pos saat masih SSB, hingga akhirnya mulai aktif nonton Arema disini bareng teman-teman mulai SMP kelas 1.

Stadion yang keramat menurut saya, stadion yang dapat merubah jadwal sekolah SMP saya dulu (SMP Negeri 1 Malang). Hah ? kok bisa ? ceritanya kalau pas Arema maen disini SMP langsung dipulangkan lebih awal gara-gara takut muridnya tidak mendapatkan mikrolet maklum SMP kami posisinya gak jauh dari Stadion Gajayana. Haha mungkin SMP Negeri 6 Malang juga gitu (untungnya bagi saya gak ngefek, orang tiap Arema maen sering dibelain bolos sama anak-anak. :D ).


-to be continued-
[.Read More.]

Mijan Vs. Robert …. (part 2)

Filed Under: Labels:
Akhirnya Indonesia Super League (ISL) musim 2010/2011 telah berakhir dengan menghasilkan jawara Persipura Jayapura. Juara musim lalu, Arema Indonesia gagal mempertahankan gelar yang diraihnya musim lalu. Kegagalan Arema mempertahankan gelar ISL tahun ini menimbulkan berbagai reaksi dari supporter fanatiknya, Aremania. Jelas pergantian pelatih di awal musim akan menimbulkan reaksi “membandingkan” antara pelatih yang sekarang dan sebelumnya. Tanpa bermaksud menjelekkan salah satu pelatih saya pribadi sebagai aremania akan mencoba “membandingkan” Arema saat diarsiteki dua pelatih asal Eropa ini.


- Tactics
Dari segi cara bermain, Arema mengalami sedikit mengalami perubahan dari formasi, strategi, dan cara bermain. Simple, gaya kepelatihan antara Mijan dan Robert berbeda ! sepengetahuan saya Mijan selalu mengusung permainan menyerang yang mengandalkan kekuatan penyerang-penyerang sayapnya. Sedangkan Robert lebih mengandalkan kekuatan pertahanan yang didukung dengan efektifnya serangan balik. Biasanya, Robert menggunakan formasi 4-4-1-1 dengan mengandalkan kekuatan lini tengah (A. Bustomi/Juan Revi/T. Pranata/Esteban G.) sebagai penjaga keseimbangan dan penghubung aliran bola saat melakukan serangan balik yang cepat dan efektif. Sedangkan Mijan lebih suka memainkan formasi 4-3-3 dengan mengandalkan tusukan dari kedua penyerang sayapnya (T.A Musafri/A.Amiruddin/Dendi/Ridhuan).

- Keharmonisan Pemain
Hadirnya muka-muka baru seperti Yongki Aribowo, Achmad Amiruddin, T.A Musafri, Leo Tupamahu, dll. Tidak mempengaruhi keharmonisan pemain. Tapi yang perlu menjadi sorotan adalah cara pelatih melakukan pendekatan terhadap pemain. Robert lebih mempunyai kelebihan dalam pendekatan kepada pemain-pemain Arema yang mayoritas berisi pemain muda. Motivasi yang diberikan oleh Robert benar-benar menyulap pemain yang “biasa-biasa” saja menjadi pemain bintang. Berbeda dengan Mijan, karakter orang eropa timur yang keras, tegas, disiplin tinggi seperti ini kurang cocok bila diterapkan di tim yang bermaterikan pemain-pemain muda seperti Arema yang memiliki emosi yang belum sempurna.makanya tidak jarang musim 2010/2011 sering bermunculan kabar tak sedap seperti perkelahian antara pelatih dan pemain.

- Kompetisi yang diikuti
Musim ini menjadi musim yang berat bagi Arema karena harus menjalani Liga Champions Asia (LCA). Jadwal yang mepet sangat berpengaruh dalam kebugaran pemain, bisa dibayangkan jika pemain harus terbang ke Korea lanjut ke Papua hanya dalam seminggu! Jika dibandingkan dengan era Robert, jadwal kompetisi yang sekarang lebih padat meskipun tidak ada Piala Indonesia. Hasilnya? Mengecewakan ! Arema Babak belur di LCA, tapi satu yang bikin bangga adalah pemain selalu berjuang habis-habisan walau musuh yang dihadapi beda kelas !

- Dukungan Manajemen
Satu kata : PARAH ! manajemen yang buruk sangat berpengaruh dalam tim Arema musim ini. Memang musim lalu Arema juga mengalami krisis keuangan tapi musim ini kondisi tersebut lebih buruk. Padahal sponsor yang digaet sudah lebih banyak daripada musim lalu. Imbasnya ke gaji pemain,jika di era Robert gaji sebulan tidak dibayar sudah teriak-teriak + ancam mogok.di era Mijan, pemain bisa sampai 3 Bulan belum dibayar.
sekedar intermezo..Adanya ketidakharmonisan di kubu Manajemen yang menyebabkan Arema tidak terurus. Hadirnya LPI bisa jadi menjadi salah satu faktor ketidakharmonisan ini. Adanya pihak-pihak yang sengaja ingin memindah Arema ke Liga Ilegal tersebut. Bekal hubungan baik dengan petinggi Liga Ilegal tersebut, kubu ini seperti rela “menjual” Arema. Satu-satunya jalan yang harus ditempuh jika ingin Arema selamat adalah ROMBAK MANAJEMEN. Yang terpenting bagi Manajemen Arema adalah “Hidupilah Arema, Jangan mencari hidup di Arema !”

- Dukungan Aremania
Ada yang berbeda dengan Stadion Kanjuruhan Musim ini jika dibandingkan dengan musim sebelum-sebelumnya. Musim ini jumlah penonton yang hadir di stadion tidak se-stabil musim-musim sebelumnya. Mungkin Ekspetasi yang berlebihan terhadap Mijan ditambah Peforma tim yang tidak sekonsisten era Robert yang menyebabkan berkurangnya penonton yang hadir di stadion. Mereka lebih suka duduk manis di rumah, daripada teriak-teriak mendukung arema di stadion. Padahal gak bisa dipungkiri kalo Aremania menjadi pemain ke 12 di lapangan. Singkat saja, Robert lebih berhasil menarik simpati Aremania.


Jadi siapa yang lebih baik?
Era Mijan atau Robert ?
Setiap orang berhak memiliki jawaban dan alasan sendiri...


.end.
[.Read More.]

Badai pun Berlalu

Filed Under: Labels:
Alhamdulillah, minggu yang penuh cobaan ini berlalu. Awalnya pas hari senin 27 Juni lalu ceritanya udah ada di postingan yang kemarin-kemarin, jadi gak perlu saya ceritain lagi.

Besoknya hari selasa, dapat kabar duka dari orang rumah kalau adiknya mbah yang biasa saya panggil pa’a meninggal. Kaget…orang terakhir ketemu baru 2 minggu lalu pas beliau main ke rumah masih keliatan sehat bugar. Tapi, namanya kehendak Allah. Gak ada yang hidup abadi, semua sudah ditentukan oleh-Nya. Parahnya saya gak bisa hadir waktu pemakaman soalnya waktu itu masih KP di Surabaya. Sedih ! hmm, Cuma bisa berdoa semoga semua amalan beliau diterima-Nya dan semua dosa beliau diampuni-Nya. Amin ya Allah.

Belum selesai suasana gak enak ini, eh rabu pagi pas mau tanding futsal ditelpon orang rumah lagi kalau ayah masuk rumah sakit mau operasi tumor. Pengen langsung pulang waktu itu, cuman disuruh mama besoknya kalau masih ada kewajiban. Ya Allah, orang tua saya begitu sabar dan mengerti. Tapi kenapa saya anak laki-laki yang paling tua malah gak ada waktu beliau sedang susah. Astaghfirullah..


Besoknya habis pamitan KP ke orang-orang perusahaan, jam 10.30 saya langsung ngebut pol-pol an ke Malang . Khawatir banget,maklum orang tua saya jarang banget dirawat di rumah sakit kalau gak bener-bener parah. Jam 12an nyampe rumah sakit, Alhamdulillah operasinya lancar cuman pas ngeliat kondisi ayah waktu itu gak tega banget. Cuman boleh tidur, kalau ngomong harus bisik-bisik udah gitu suaranya serak banget tiap bilang “sekarang udah masuk waktu sholat a?” “maulana sudah sholat a?” “haji (adikku yang paling kecil) diajak sholat sama ngaji lho”. Bolak balik pengen nangis, huhu. Udah gak mau mikir macem-macem waktu itu, yang ada di hati cuman berdoa semoga ayah diberikan kesembuhan.

Waktu dirawat, ayah masih sempet ngasih wejangan-wejangan ke saya salah satunya yang paling mengena
“disini nanti kamu bisa melihat mana orang yang respect sama kita mana yang enggak, tapi jangan sampai kamu membuat batasan di dalam lingkungan saudara, tetangga, teman, atau apa saja. Ya kalaupun nanti gantian orang lain yang terkena musibah jangan sampai kamu membeda-bedakan mana mereka yang respect sama kamu atau mana yang enggak. Jangan lupa kewajibanmu sebagai muslim. Rasakan rasa sakit yang sama seperti yang dirasakan saudaramu, tetanggamu, atau temanmu.”
Beruntung sekali saya punya ayah yang selalu ngasih pelajaran tentang hidup.

Alhamdulillah akhirnya hari sabtu kemarin ayah sudah boleh pulang, lebih cepat dari perkiraan.
Syukur Alhamdulillah ! minggu yang berat sudah berakhir.
Selalu ada hikmah dari semua peristiwa, semoga setiap hikmah yang didapat dari peristiwa tersebut mampu membawa perubahan besar dalam hidup. Amin. :D

[.Read More.]